Thursday, January 8, 2009

(3) Lunch With Helena

“Len, nggak percuma lo digaji sama kantor lo, yah…” kataku saat makan siang dengan Helena di food court mal, dekat kantor. Agenda harian kami, sebetulnya, meskipun belakangan sudah sangat jarang karena Helena sok sibuk dengan laporan keuangannya menghadapi global crisis ini.

“Maksud lu?” Helena tengah berjuang mengunyah bakmi goreng Jawa favoritnya. Pertama: bakmi goreng di situ terkenal kenyal. Dan kedua: dengan mengetahui kondisi usus yang bermasalah, adalah nekat kalau masih tetap menjadikan bakmi goreng Jawa yang kenyal dan super pedas sebagai menu makan siang… or menu kapanpun!

“Ya, maksud gua… Lo jadi ada duit buat beliin CD-CD itu, Len…” kataku sambil menyodorkan tisu ke sahabatku yang mendadak menjadi seperti baju basah yang diperas.

Helena mengambil tisu itu lalu menghapuskan ke wajah cantiknya. “Benernya bukan masalah duit, kali, Na..” katanya. “Lebih tepatnya, gue sempet stress karena nggak ada waktu buat nyari koleksi CD Frank Sinatra itu… Lu kan tahu ndiri, Bu… Frank Sinatra itu udah jadul-sejadul-jadulnya….”

“Heh, lu ngomong gitu kayak judul lagu Malaysia itu, sih…”

Remember lagu Rindu Serindu-Rindunya? 

Helena ketawa. “Kenapa? Favorit elu, ya? Gitu ngakunya pecinta Frank Sinatra… Jangan-jangan koleksi elu di apartemen bukan Frank Sinatra, tapi Ami Search ya?”

“Lha, bukannya gua begitu karena elo yang nularin ke gua?”

“Jijay!”

“Elo tuh, yang jijay…”

“Dan elo tuh yang nggak sopan, udah tahu gue ngasih kado yang bombastis begitu, elu masih ngata-ngatain gue dan nggak nraktir gue makan kemana gituh…”

“Bukannya siang ini gua udah nraktir elo, Bu?”

“Hey! Thirty three years old dan elu masih nraktir gue di Food Court? Kelas elu tuh udah yang Jade Imperial, Bu. Rekening elu di bank juga nggak bakal sadar kalau elu nraktir gue makan di sana…”

“Haha… usaha minta traktiran yang sangat dahsyat, Len. Lo emang tahu kalau gua paling suka dibilang pintar…”

“Hayah, emang kapan gue nyebutin gitu???” Tanya Helena bingung.

“Suka-suka gua, dong.. Elo masih mau gua ajak dinner di Jade Imperial, kan?”

Helena mengikik geli. “Iya lah…”

“Ya udah, nurut ama gua…” kataku sambil memasang mimik wajah pura-pura galak.

“Iya deh, iya… Ibu Kelana Lesmana Dewi yang baik, cantik, pintar menabung pula..” lanjut Helena yang kemudian sukses membuatku tertawa.

Ah, Helena, Helena…
Hanya karena aku menjanjikan dinner di resto mahal, dia sudah repot-repot memuji sahabatnya ini sampai setinggi langit. Gimana kalau setelah dinner nanti malam aku bilang sama dia soal tiket Mariah Carey dan permintaan khusus supaya dia menemani aku menonton konser serta menginap di hotel berbintang empat, sambil belanja sampai bangkrut di Singapura ya?

Harus siap-siap membawa tim medis nih, nanti malam.

Jaga-jaga aja, siapa tahu Helena beneran pingsan.

0 comments: